Selasa, 16 Juni 2009

Perkembangan Bayi Bulan 2 : Mulai Tersenyum

Tumbuh Kembang Bayi Bulan Ke-2 Aih... Dia MULAI TERSENYUM

Ia memberi kejutan dengan menunjukkan perilaku sosialnya untuk yang pertama kali. Ah, senangnya.... Yuk, kita lihat apa saja yang terjadi dalam tumbuh kembangnya di bulan kedua ini.

* Motorik kasar

Posisi tubuhnya sudah tidak terlalu menekuk seperti katak namun mulai meregang pada kedua tangan dan kakinya. Mobilitas yang dilakukan adalah bergeser saat berbaring, kedua kaki seolah ditendangkan dan menggeliat seperti melenturkan tubuhnya.

Ketika diposisikan telengkup bayi sudah dapat mengangkat kepala, meski baru membentuk sudut 45 derajat. Memang kepalanya masih agak bergoyang-goyang karena kekuatan otot leher belum sempurna, namun sudah bisa bertahan sekitar 10 menit. Karena itu bila ingin menggendong bayi, lehernya tetap perlu ditopang.

Untuk membantu menguatkan otot lehernya, si bayi perlu sering ditengkurapkan. Agar nantinya ia bisa tengkurap sendiri, sering-seringlah memiringkan badannya. Jangan sering menggendong bayi, berikan kesempatan untuk bereksplorasi.

Kepalan tangan yang tadinya menggenggam erat, kini perlahan sudah mulai sering membuka dan tidak lagi mengepal kuat. Perlahan refleks menggenggamnya juga berkembang.

* Motorik halus

Kemampuan motorik halus berkaitan dengan kemampuan penglihatannya. Di usia ini pandangannya mulai terfokuskan (ia seperti memerhatikan tangannya saat berbaring). Bayi juga sudah bisa melihat warna-warna terang, tak sekadar hitam-putih atau gelap dan terang saja. Untuk stimulasi gunakan mainan berwarna cerah yang ditempel, digantung, dan dipegang. Gerakkan mainan tersebut dari sisi ke garis tengah pandangan bayi. Ia akan belajar mengikuti arah benda bergerak. Motorik halus pun terkait dengan koordinasi pendengarannya. Kemampuan pendengarannya di usia ini juga berkembang. Ia mulai bereaksi terhadap bunyi-bunyian. Misal bunyi lonceng di dekat telinganya akan membuatnya memerhatikan dan tertegun. Bayi pun bisa menaruh perhatian pada suara yang ada di sekitarnya, terutama suara ibu. Maka itu seringlah memperdengarkan berbagai bunyi maupun suara. Bayi pun bisa merasakan tekstur, seperti kasar atau halusnya pakaian.

* Bahasa

Selain mengungkapkan perasaan lewat tangisan, bayi mulai mengeluarkan suara. Ia juga sudah merespons bunyi-bunyian yang ditangkap melalui pendengaran; baik suara keras maupun lembut. Umumnya, bunyi yang dikeluarkan adalah vokal "a" atau "e", terkadang ditambah selingan huruf "h", jadi "he" atau bunyi seperti aooh dan aaah. Jika bayi mulai mengeluarkan suara-suara, jangan lupa untuk selalu memberinya hadiah seperti ciuman. Baginya, mengeluarkan suara-suara merupakan sesuatu yang menyenangkan. Sering-seringlah mengajak si kecil bicara, menyanyi, bersenandung, dan lainnya.

* Emosi

Bila di usia sebelumnya bayi lebih banyak diam dan tak tersenyum, maka di usia ini bayi mulai tersenyum. Perilaku ini bila diamati umumnya muncul kala perutnya kenyang, ingin bermain, atau ingin merespons pembicaraan. Sering-seringlah tersenyum pada setiap kesempatan kala melakukan aktivitas bersamanya. Contoh, saat mengajaknya bicara, memandikan, bermain, memakaikan baju dan sebagainya. Dengan demikian bayi merasa aman, senang dan nyaman. Emosinya pun jadi terstimulasi dengan baik dibandingkan dengan ibu yang jarang mengajaknya tersenyum atau bercakap-cakap. Kelak, ia akan tumbuh menjadi bayi yang easy child, merasa aman dan percaya diri dalam mengembangkan kecerdasan emosinya.

* Sosial

Di usia ini perilaku sosial bayi yang pertama muncul. Ketika menyusu pada ibunya, ia bisa menatap dengan penuh perhatian. Umumnya bayi juga sudah mengenal suara orangtuanya dengan baik. Respons yang diberikan bayi adakalanya dalam bentuk senyuman atau dengan suara yang dia keluarkan untuk mengungkapkan perasaannya. Respons dapat juga berupa kedipan mata, kernyitan dahi atau ekspresi wajah dan gerakan tubuh lainnya.

Jika orangtua sering memberinya stimulasi, kemampuan sosialnya akan terus berkembang dengan baik. Untuk itu berikan stimulasi dengan sering memberinya sentuhan, baik berupa ciuman, usapan, belaian kasih sayang, dan lainnya. Lakukan interaksi dengan membacakan si kecil buku cerita, mendongeng, bernyanyi, mengajaknya bicara dan lainnya. Hal ini penting agar terjalin kontak erat dengan orangtua. Jangan lupa, kontak yang baik dengan orangtua membantu mengembangkan rasa aman pada diri bayi serta menanamkan rasa percaya pada lingkungan.

Perlu dicurigai, bila bayi tidak merespons (dengan menyunggingkan senyum sosial) saat distimulasi. Banyak balita penyandang autisme ternyata saat bayi tidak menunjukkan senyum sosial. Jika ada dugaan ke arah sana, konsultasikan ke ahli untuk mendapat diagnosis pasti.

* Ukuran tubuh

Berat badan sekitar 3,6-5,2 kg, panjang badan 52,8-58,1 cm dan lingkar kepala 35-41 cm.

Dedeh Kurniasih. Foto: Ferdi/NAKITA

Narasumber:

dr. Rini Sekartini, SpA(K)

dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta

ARTI di Balik SENYUMAN

Apa pun artinya, ia selalu tampak seperti malaikat cilik!

Duh, gemas deh bila melihat bayi tersenyum. Senyumannya begitu tulus, begitu polos seperi layaknya malaikat. Saat si kecil lahir tentu senyuman itulah yang dinanti-nanti oleh orangtua. Tapi jangan berharap banyak karena senyuman bayi jarang sekali terjadi di awal-awal kelahirannya. Setelah beberapa waktu, barulah ia akan meyunggingkan senyum. Adakalanya di saat ia tertidur, bibir mungilnya akan menyunggingkan senyum. Lantaran itu, banyak yang percaya bahwa mereka tersenyum karena tengah diajak main oleh para malaikat yang menjaganya. Entah benar entah tidak, yang pasti senyuman itu bukanlah senyum sosial. Namun lebih tepat senyuman sebagai senyum kebetulan saja).

Sekitar usia bayi 2-3 bulan barulah senyumnya bisa dikaitkan dengan perilaku sosial. Di usia ini kemampuan penglihatannya mulai membaik. Kala ia menyusu ia bisa menatap ibu dengan penuh perhatian. Di usia ini, bayi sudah memberi respons terhadap banyak stimulus dari lingkungan sekitarnya.

BENTUK RESPONS

Pada dasarnya semua bayi bisa tertawa, bahkan bayi yang memiliki gangguan seperti autisme sekalipun. Meski senyumannyayang merupakan salah satu bentuk respons atas stimulasi dari lingkungan yang ia persepsi initak selalu karena rangsangan dari orang melainkan benda.

Senyum terkait dengan perkembangan kognisi bayi juga perkembangan sosial dan emosinya. Semakin usianya bertambah, bayi akan semakin mampu memberi respons terhadap stimulus yang berasal dari luar dirinya dan akan menentukan kepada siapa ia akan tersenyum.

Soal frekuensi senyum/tertawa tentu berbeda pada setiap bayi. Beberapa faktor yang memengaruhinya antara lain:

* Temperamen. Bayi dengan temperamen yang mudah, akan lebih sering tenang dan tertawa ketimbang menangis. Sementara bayi sulit kerap rewel dan banyak menangis.

* Faktor kesehatan. Beberapa bayi dengan penyakit dan gangguan perkembangan menunjukkan perilaku tidak/sulit tertawa. Adanya rasa tak enak di tubuhnya membuat si kecil merasa tak nyaman sehingga jarang memberi respons dengan senyuman maupun tertawa.

* Rasa aman, senang dan nyaman dengan lingkungannya. Puting susu ibu, bau tubuh ibu, muka yang selalu tersenyum, dendangan ibu, tepukan di punggung atau belaian, akan mampu membuat bayi tersenyum. Sejak lahir bayi sudah mampu memberi respons terhadap suara, bau-bauan, rasa, dan sentuhan. Perasaan nyaman membuat bayi menunjukkan ekspresi nyaman. Salah satunya berupa senyuman. Sebaliknya lingkungan yang penuh tekanansuasana bising atau stimulus yang diiringi bunyi-bunyian kencangakan membuat bayi merasa tak nyaman dan tertekan, sehingga membuatnya tak mau tersenyum ataupun tertawa.

* Aneka stimulus. Senyum maupun tawa bayi dipengaruhi oleh stimulus yang diberikan. Banyak cara dan stimulus yang dapat membuat bayi tertawa. Misal dengan permainan. Sejak usia 2 bulan bayi sudah mampu memberi respons atas permainan cilukba. Bayi menikmati stimulus muncul-hilang dari pandangan yang membuatnya tertawa-tawa. Bahkan beberapa bayi sudah bisa tertawa-tawa atas respons kitikan di perutnya atau permainan-permainan yang melibatkan berbagai nyanyian.

Nah, orangtua dapat mengupayakan agar stimulus yang berhasil membuat bayi tertawa dapat dinikmati kembali oleh bayinya.

Bila Tak Ada SENYUM & TAWA

Bagaimana menghadapi bayi yang jarang tersenyum maupun tertawa?

* Perhatikan dan amati, apakah anak tampak berbeda secara fisik dari bayi pada umumnya.

* Cermati pula seperti apa temperamen yang sering ditampilkan bayi sejak ia lahir; apakah ia tergolong bayi yang sulit atau mudah.

* Amati lingkungan di mana ia berada. Apakah cukup membuat bayi merasa nyaman atau tidak.

* Berikan aneka stimulus yang dapat membuatnya tersenyum atau tertawa. Terkadang bayi tidak tertawa karena tidak ada stimulasi yang mampu membuatnya tertawa. Berikan mainan, dari yang sederhana seperti cilukba atau berbagai mainan lain yang sesuai perkembangan usia bayi dan dapat membuatnya merasa senang sehingga bayi lebih mudah tertawa.

* Bayi yang sering distimulasi untuk tertawa amat bermanfaat bagi dirinya. Secara emosi perkembangannya akan lebih baik karena ia selalu merasa senang. Kelak ia pun jadi anak yang easy child. Selain itu, secara fisiologis, bayi yang merasa senang dan bahagia, tak sering rewel maupun berwajah cemberut. Ia tidak merasa stres dan selalu merasa nyaman sehingga jauh lebih sehat. Pada akhirnya, ini akan berpengaruh pada daya tahan tubuhnya yang akan jauh lebih baik.

Dedeh Kurniasih. Foto: Iman/NAKITA

Konsultan Ahli:

Roslina Verauli,

Psi., dari Empati Development Centre, Jakarta

Share on :

1 komentar:

Unknown mengatakan...

bayi sy usia 2 bulan kurang 4 hari. tpi knpa yah belum pokus nelihat atw mebgoceh.tidak merespon ketika d ajak bicara. dan bayi sy wktu 1 bulan stngh bru bisa senyum replekx tpi 1 hari cmn 1 kli. yg sy heran skrng mlh g pernah senyum lg.

Posting Komentar

 
© Copyright Keia Days 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all